Musim kedua dari kisah pembalasan dendam seorang korban perundungan semasa SMA, The Glory, telah usai. Walau sudah lewat dua bulan tetapi keistimewaan The Glory musim kedua masih sayang untuk tidak kita bahas. Tanpa ada perubahan dalam susunan pemain, masih dengan Hye-Kyo, Do-Hyun, Hye-ran, Ji-Yeon, Sung-Hoon, Kim Hieora, dan Joo-Young. Begitu pula masih diarahkan oleh Gil Ho Ahn dengan penulisnya, Kim Eun-sook. Namun, musim kedua punya intensitas cerita lebih tinggi.

Dong-eun (Hye-Kyo) mulai lebih intens mengincar Yeon-jin (Ji-Yeon), si pentolan geng, dengan bantuan Yeo-jeong (Do-Hyun) sebagai “algojo”-nya. Ia yang semasa SMA dulu menindas Dong-eun habis-habisan bersama kelompoknya mendapat karma mereka. Bahkan gengnya sendiri saling memusuhi satu sama lain. Dong-eun tak perlu mengerahkan upaya besar untuk menghancurkan Yeon-jin dan kelompoknya, karena ikatan pertemanan di antara mereka toh bisa goyah dengan mudah hanya lewat percikan api kecil. Dan jangan lupakan bahwa sang algojo juga punya rencana balas dendamnya sendiri terhadap pembunuh ayahnya. Meski pada akhirnya baru berhasil saat mendapat “pelajaran balas dendam eksklusif” dari Dong-eun.

Musim kedua The Glory berisi eskalasi konfrontasi antara para pembalas dendam dengan target mereka masing-masing dalam satu plot utama dan dua plot kecil. Dong-eun dengan Yeon-jin dan kelompoknya; Yeo-jeong dan Yeong-cheon (Lee Moo-saeng), pembunuh berdarah dingin yang menewaskan ayahnya hanya karena alasan sepele; serta Hyeon-nam dengan suaminya yang penindas. Walau memiliki dua plot sampingan yang juga menuntut adanya pembalasan dendam, The Glory dapat memenuhi ekspektasi dengan eksekusi yang terbilang baik. Gil Ho dan Eun-sook sepakat untuk tidak memilih akhir kematian yang mudah untuk setiap target. Keduanya membuat Yeon-jin dan gengnya hancur karena permusuhan mereka sendiri, Yeong-cheon mendapat penderitaannya di penjara level tinggi, serta mengekspos kepolosan suami Hyeon-nam yang loba akan uang.

Season satu The Glory adalah segmen persiapan Dong-eun dalam memastikan seluruh perjalanan balas dendamnya terencana dengan baik sampai akhir. Sementara itu, musim kedua ialah segmen Dong-eun melakukan eksekusi melalui setiap alat yang ia punya. Dong-eun bisa menyelesaikan balas dendamnya juga karena ada Hyeon-nam sebagai mata-matanya, Yeo-jeong sebagai algojonya, dan faktor keberadaan korban ketiga, Gyeong-ran (Ji-hye Ahn/Ahn So-Yo) sebagai penyempurna –yang menemukan celah untuk melawan balik juga.

Meski selain mereka bertiga, masih ada tiga orang lagi yang meringankan beban hidup dan menolong mental Dong-eun dari keterpurukan, sekaligus menjadi faktor keberhasilan pembalasan dendamnya. Sang nenek pemilik Apartemen Eden, salah seorang guru Dong-eun, serta sang detektif yang tahu masalah Dong-eun dan Yoon So-hee (Lee So E) 18 tahun silam semasa SMA mereka, Detektif Choi (Kang-Kuk Sohn).

Baca Juga  Moving

Jin Do Joon (Joong-ki) memang melakukan pembalasan dendam dengan cara yang menarik dalam Reborn Rich. Namun, Dong-eun punya metode yang lebih menyakitkan untuk para perundungnya. Selain itu, mereka berangkat dari latar belakang kelas ekonomi yang berbeda. Sineas The Glory merancang penokohan Dong-eun amat kuat dengan kecerdasan dan ketenangannya. Meski beberapa kali ia tampak mendapat serangan balik yang besar dari target utamanya, Yeon-jin tetapi pada akhirnya rencana pembalasan dendamnya selalu selangkah melebihi setiap targetnya. Perbedaan paling kentara The Glory jauh lebih baik dalam tema pembalasan dendam ketimbang Reborn Rich terletak pada akhir cerita.

The Glory menyediakan rangkaian akhir cerita yang lebih memuaskan ketimbang Reborn Rich. Series ini tidak meninggalkan perasaan mengganjal setelah cerita berakhir. Bahkan The Glory memperlihatkan nasib para target Dong-eun, terutama Yeon-jin dalam durasi yang panjang. Mengingat, dialah benang merah utama yang menyatukan orang-orang dalam kelompoknya dulu dengan status sosial dan ekonominya.

Selain semua aksi-reaksi seputar perundungan dan pembalasan dendam tersebut, ternyata The Glory juga menyelipkan unsur supernatural. Kedua sineas menghadirkan adegan kerasukan dan fenomena kehadiran arwah penasaran dalam salah satu scene, di antara serangkaian panjang alur pembalasan dendam yang dapat dinalar. Tentu tanpa melupakan motif. Walau sedikit ada pemaksaan dan kekurangan sejumlah kecil informasi, tetapi tak terlalu berdampak buruk. Masih bisa dimaklumi. Toh adegan tersebut dapat jadi teror untuk Yeon-jin. Di sisi lain, eksekusi terhadap suami Hyeon-nam justru terlalu lama sejak ia menjadi mata-mata Dong-eun. Pun ketika terlaksana, pembalasannya sekadar kematian instan. Padahal Hyeon-nam disiksa nyaris setiap hari.

The Glory musim kedua banyak mengisi kekosongan informasi dari musim pertamanya dengan eskalasi konflik lebih intens pula. Berbagai detail kecil juga tak luput dimanfaatkan sebagai clue. Dari benda-benda biasa sampai cerita. Luka di kaki, sepatu hijau, potongan kuku, label nama, botol minuman, obat tetes mata, foto-foto, hingga rekaman-rekaman. Pada akhirnya juga bukan Dong-eun yang melakukan balas dendam dengan mengotori tangannya sendiri, melainkan memakai Yeon-jin dan teman-temannya –sebagai alat—untuk saling menyerang satu sama lain. Terlepas dari sejumlah kelemahan minornya, The Glory adalah salah satu kisah pembalasan dendam yang paling memuaskan sejauh ini.

PENILAIAN KAMI
Overall
90 %
Artikel SebelumnyaKatarsis
Artikel BerikutnyaRenfield
Miftachul Arifin lahir di Kediri pada 9 November 1996. Pernah aktif mengikuti organisasi tingkat institut, yaitu Lembaga Pers Mahasiswa Pressisi (2015-2021) di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, juga turut andil menjadi salah satu penulis dan editor dalam media cetak Majalah Art Effect, Buletin Kontemporer, dan Zine K-Louder, serta media daring lpmpressisi.com. Pernah pula menjadi kontributor terpilih kategori cerpen lomba Sayembara Goresan Pena oleh Jendela Sastra Indonesia (2017), Juara Harapan 1 lomba Kepenulisan Cerita Pendek oleh Ikatan Penulis Mahasiswa Al Khoziny (2018), Penulis Terpilih lomba Cipta Puisi 2018 Tingkat Nasional oleh Sualla Media (2018), dan menjadi Juara Utama lomba Short Story And Photography Contest oleh Kamadhis UGM (2018). Memiliki buku novel bergenre fantasi dengan judul Mansheviora: Semesta Alterna􀆟f yang diterbitkan secara selfpublishing. Selain itu, juga menjadi salah seorang penulis top tier dalam situs web populer bertema umum serta teknologi, yakni selasar.com dan lockhartlondon.com, yang telah berjalan selama lebih-kurang satu tahun (2020-2021). Latar belakangnya dari bidang film dan minatnya dalam bidang kepenulisan, menjadi motivasi dan alasannya untuk bergabung dengan Komunitas Film Montase sejak tahun 2019. Semenjak menjadi bagian Komunitas Film Montase, telah aktif menulis hingga puluhan ulasan Film Indonesia dalam situs web montasefilm.com. Prestasi besar terakhirnya adalah menjadi nominator Festival Film Indonesia 2021 untuk kategori Kritikus Film Terbaik melalui artikel "Asih, Cermin Horor Indonesia Kontemporer" bersama rekan penulisnya, Agustinus Dwi Nugroho.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.