Batman: Hush adalah film animasi panjang produksi Warner Bros. Animation dan tercatat merupakan film ke-13 dalam DC Animated Movie Universe (DCAMU). Film animasi ini dirilis (home video) pada ajang San Diego Comic-Con Internasional yang baru saja berlangsung beberapa waktu lalu. Film ini diarahkan Justin Copeland dengan pengisi suara regulernya, yakni Jason O’Mara, Jerry O’Connel, Jennifer Morrison, Rebecca Rominj, hingga Venessa Williams. Memang mengherankan, film-film DCAMU memiliki kualitas cerita begitu tinggi yang kontras dengan versi live-actionnya (DC Extended Universe/DCEU). Batman: Hush sendiri tercatat adalah salah satu film seri animasi home video terbaik yang pernah ada.
Batman kini harus berhadapan dengan sosok misterius bernama Hush yang selalu berada satu langkah di depan. Sang antagonis nyaris tak pernah terlihat, namun dengan otak briliannya, ia menjadi sebab dari semua mimpi buruk yang menimpa Batman maupun Bruce Wayne. Ibarat boneka, Hush dengan jarinya mampu memainkan seluruh musuh bebuyutan Batman (Bane, Poison Ivy, Joker, Harley Queen, Scarecrow, Clayface, dan belasan lainnya) hanya untuk kepentingannya, bahkan Superman sekalipun. Untuk kesekian kalinya, Batman kembali mendapatkan ujian maha berat untuk mempertahankan kode etiknya melebihi semua hal yang pernah dilakukan Joker.
Sejak The Dark Knight (live ation) garapan Christopher Nolan, belum pernah Batman mendapatkan ujian mental begitu hebat. Disusul, Batman: Under the Red Hood (animasi home video) yang kembali memberikan tes senada, namun lebih dahsyat lagi. Intinya, Batman dipaksa memilih melepas kodenya untuk membunuh nyawa seseorang, sekalipun itu adalah sang musuh. Dalam Hush, Batman dan Bruce Wayne keduanya mendapatkan tes yang sama, hanya uniknya menggunakan sisi asmara dalam plotnya melalui sosok Selina Kyle (Cat Woman). Dalam satu momen dramatik, saya benar-benar berpikir Batman bakal melepas aturannya untuk sekali ini saja.
Awal plotnya terlihat begitu rumit karena sang jagoan harus menghadapi banyak kasus dan banyak tokoh jahat yang seolah tak berhubungan. Sisi misteri dan rasa penasaran, berjalannya waktu semakin menguat, begitu pula kisah asmara Bruce dan Selina. Dibandingkan seri animasi Batman sebelumnya, belum pernah saya begitu larut dalam kisahnya dan sosok antagonis utama benar-benar memberikan ancaman nyata yang sungguh-sungguh bisa kita rasakan. Sebelumnya, Batman sering kali mengandalkan rekan-rekannya (Robin, Night Wing, Batgirl, dan Inspektur Gordon), namun kini ia hanya banyak dibantu Alfred dan Catwoman. Adegan klimaksnya pun sungguh menegangkan layaknya menonton film live-action. Hanya sayangnya, ini bukan film live-action sungguhan.
Walau bukan ide serta premis yang baru, Batman: Hush kembali mengeksplorasi kode etik sang ksatria malam dengan pendekatan roman serta dengan brilian mampu memadukan subplot puluhan sosok antagonis dalam satu kisah yang penuh teka-teki dan kejutan. Sungguh mengherankan. Mengapa Ide cerita demikian brilian (bahkan melebihi Marvel Cinematic Universe/MCU) tidak terpikirkan untuk dibuat versi live action-nya. Warner Bros. Studios jelas mampu memproduksinya. Sekali lagi, superioritas seri animasi DC tidak terbantahkan. (Baca artikel: Superioritas Superhero DC Animasi). Di saat DCEU kehilangan arah dan tak tahu harus bagaimana mendobrak MCU yang kini jauh di atas angin, mereka sendiri sebenarnya telah memiliki jawabannya.