PROLOGUE:

Situasi yang semakin memburuk akibat COVID-19 tentu membuat kita semakin was-was. Saat ini mungkin separuh penduduk di dunia tengah berdiam diri di rumah untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Semua orang tentu dalam situasi tak nyaman. Seolah, kita saat ini tengah berada dalam cerita film yang biasa kita tonton. Siapa mengira, kita bisa mengalami hal yang lebih buruk daripada di cerita film, padahal kisahnya cuma rekaan. Untuk itu, kami mencoba untuk melakukan kilas-balik, film-film yang berhubungan dengan situasi yang sama, sebuah pandemi atau wabah yang meluas entah itu dalam skala kecil atau global. Kami telah mengawalinya melalui ulasan film Contagion. Siapa tahu, kita bisa tahu lebih atau sedikit, bagaimana sebuah wabah bisa meluas dan bisa mengantisipasi agar tidak menjadi lebih buruk. Selamat membaca dan menonton.

Seri Ulasan Film Wabah lainnya: The Cassandra CrossingOutbreakContagion –  World War Z OnlyThe Flu

The Happening

The Happening (2008)
91 min|Adventure, Drama, Sci-Fi|13 Jun 2008
5.0Rating: 5.0 / 10 from 217,224 usersMetascore: 34
A science teacher, his wife, and a young girl struggle to survive a plague that causes those infected to commit suicide.

Film ini aslinya bertitel The Green Effect, namun karena dianggap tidak menjual akhirnya diganti. Apa hubungan film ini dengan wabah hingga mampu membuat semua orang ingin mengakhiri hidupnya? Tidak jelas memang. Ada yang bilang, pepohonan dan tanaman yang mengeluarkan racun, senjata biologis, hingga beberapa teori lainnya. Secara logika, film ini memang absurd. Kita tidak tahu secara pasti, apa yang menjadi penyebab bencana ini. Pernyataan di film pun jelas, “ada banyak fenomena di muka bumi ini yang memang tidak bisa dijelaskan secara ilmiah”. Namun, jika kita melihat melalui perspektif berbeda, metafora, bagaimana “alam” mengambil-alih dominasi manusia, film ini akan lebih terasa “make sense”. Terlebih faktor pandemi yang kita alami saat ini. Paus Francis berkomentar beberapa waktu lalu, Covid-19 bisa jadi adalah respon alam terhadap krisis lingkungan yang terjadi di bumi. The Happening dengan ide absurdnya mampu menggambarkan ini.

The Happening adalah film thriller bencana arahan sineas kondang M. Night Shyamalan yang bertindak pula sebagai produser dan penulis naskahnya. Seperti kita tahu, Shyamalan adalah sineas papan atas yang telah memproduksi film berkelas dan sukses, macam The Sixth Sense, Unbreakable, dan Signs. Film ini pun dibintangi aktor-aktris ternama, seperti Mark Wahlberg, Zooey Deschanel, dan John Leguizamo. Film berbujet USD 48 juta ini pun lumayan sukses meraih USD 163 juta, sekalipun dihajar babak belur oleh para kritikus dan dianggap sebagai film terburuk yang pernah diproduksi Shyamalan. Apakah benar seburuk itu?

Baca Juga  Shiva Baby

Alkisah Kota New York dilanda bencana misterius. Ribuan warga kota mendadak membunuh dirinya sendiri tanpa alasan yang jelas, bak mereka dihipnotis. Elliot (Wahlberg) dan Alma (Deschanel), bersama kolega mereka dan putrinya, terpaksa ikut dalam gelombang evakuasi besar-besaran ke kota sebelah. Kereta yang mereka tumpangi mendadak berhenti di sebuah kota kecil. Tanpa disadari, mereka terjebak dalam situasi, di mana mereka tidak memiliki jalan keluar karena semua wilayah di sekitar telah dilanda bencana.

Sejak pertama kali menonton film ini, saya sama sekali tidak menganggap filmnya buruk. Ide filmnya brilian dan segar. Sejak awal hingga menjelang akhir, penonton di bawa masuk ke dalam situasi tak menentu yang tak jelas mengapa dan sangat membuat rasa penasaran kita terusik. Satu hal yang kita tahu, mereka harus lari untuk bisa selamat. Adegan pembuka yang memperlihatkan warga kota yang bunuh diri secara massal disajikan begitu menakutkan, dan saya anggap ini sebagai salah satu segmen yang paling mengerikan yang pernah saya saksikan di medium film.

Hingga menjelang akhir, sedikit plot twist memang agak melemahkan sisi ketegangan filmnya. Sosok misterius penghuni rumah dan sang nenek tua yang tampak seperti nenek sihir, sedikit mengaburkan arah filmnya. Apa sineas ingin menggambarkan bahwa manusia akhirnya lebih buruk dari bencana yang terjadi? Amat terlalu lemah untuk menjelaskan argumen ini. Ending-nya pun, tidak sekuat film-film Shyamalan sebelumnya yang selalu diakhiri dengan penjelasan memuaskan. Kini terasa datar dan antiklimaks. Sang sineas selalu brilian dalam pendalaman karakter serta ending mengejutkan, namun entah mengapa kali ini begitu menjemukan.

The Happening memiliki konsep dan premis unik yang absurd dengan eksekusi matang, tidak hingga dikecewakan segmen penutup yang antiklimaks. Sekalipun memiliki kelemahan, tidak lantas membuat film ini buruk. Dua pertiga awal filmnya, saya anggap sebagai salah satu pengembangan plot terbaik dalam genrenya. Saya bisa memahami konsep idenya yang absurd untuk menyampaikan pesannya. Alam memang masih banyak menyimpan misteri yang belum bisa dipahami akal dan logika manusia. Jika kita menggunakan perspektif ini, The Happening akan terlihat berbeda.

Stay safe and healthy!

PENILAIAN KAMI
Overall
80 %
Artikel SebelumnyaMarriage Story – Kilas Balik
Artikel BerikutnyaSergio
A lifelong cinephile, he cultivated a deep interest in film from a young age. Following his architectural studies, he embarked on an independent exploration of film theory and history. His passion for cinema manifested in 2006 when he began writing articles and film reviews. This extensive experience subsequently led him to a teaching position at the esteemed Television and Film Academy in Yogyakarta. From 2003 to 2019, he enriched the minds of students by instructing them in Film History, Introduction to Film Art, and Film Theory. His scholarly pursuits extended beyond the classroom. In 2008, he published his seminal work, "Understanding Film," which delves into the core elements of film, both narrative and cinematic. The book's enduring value is evidenced by its second edition, released in 2018, which has become a cornerstone reference for film and communication academics across Indonesia. His contributions extend beyond his own authorship. He actively participated in the compilation of the Montase Film Bulletin Compilation Book Volumes 1-3 and "30 Best Selling Indonesian Films 2012-2018." Further solidifying his expertise, he authored both "Horror Film Book: From Caligari to Hereditary" (2023) and "Indonesian Horror Film: Rising from the Grave" (2023). His passion for film extends to the present day. He continues to provide insightful critiques of contemporary films on montasefilm.com, while actively participating in film production endeavors with the Montase Film Community. His own short films have garnered critical acclaim at numerous festivals, both domestically and internationally. Recognizing his exceptional talent, the 2022 Indonesian Film Festival shortlisted his writing for Best Film Criticism (Top 15). His dedication to the field continues, as he currently serves as a practitioner-lecturer for Film Criticism and Film Theory courses at the Yogyakarta Indonesian Institute of the Arts' Independent Practitioner Program.

BERIKAN TANGGAPANMU

Silahkan berikan tanggapan anda
Silahkan masukan nama anda disini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.